Sebuah Ajakan untuk ber-Metamorfosa

Adalah satu dari beberapa hal yang membuat saya alergi dengan para pengembang/developer software adalah ketidakmampuan untuk memasarkan produk buatan mereka. Termasuk saya sendiri :D. Sebelumnya saya lebih suka menyebut istilah developer untuk menyebut para pengembang software ketimbang programmer karena melakukan bobot analisis yang lebih daripada hanya sekedar penulis kode(ini pendapat pribadi).

Lack of Business and Market Knowledge adalah sebuah tantangan berat untuk para pengembang software dan pendiri ISV(Independent Software Vendor). Hal ini tentu saja terjadi karena para pengembang itu sendiri kebanyakan bergerak dari bidang teknis di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Ketika mereka menimba ilmu di bangku kuliah, mereka hanya dibekali kemampuan untuk membuat dan sangat sedikit kemampuan untuk menjual.

Alhasil selama ini mereka -termasuk saya- hanya sebatas menjadi "tukang" di proyek milik orang lain. Anda tentu saja dapat menghitung sendiri berapa banyak penghasilan seorang tukang dibandingkan mandor atau bahkan sang arsitek. Ironisnya bahkan semakin banyak sarjana IT semakin banyak pula "tukang" yang beredar di pasar industri teknologi informasi yang belum bisa digarap dengan baik oleh pemerintah dan pihak swasta lokal.

Menurut ilmu dagang yang saya tahu, semakin banyak barang dimana permintaan akan barang tetap sama, akan membuat harga barang menjadi semakin murah. Belum lagi gempuran tenaga kerja dari luar negeri yang memiliki kualitas baik. (Bahkan beberapa jauh di atas SDM IT Lokal)
Hal ini yang saya pikir menjadi tantangan para lulusan IT dan developer2 lokal di Indonesia agar dapat tetap eksis di kandang sendiri. Jadi saya pikir jurusan IT bukan lagi jurusan yang menjanjikan penghidupan yang "wah" untuk sekarang ini.

PR yang mungkin harus dikerjakan para developer lokal adalah bagaimana dapat terus (berkesinambungan) membekali diri dengan kemampuan teknis yang terus "terupdate". Memang bukan hal yang mudah mengingat banyaknya varian produk dan vendor. Tidak bisa dipungkir bahwa dunia IT secara major di setir oleh perusahaan dan vendor2 kelas kakap seperti Microsoft, Oracle, IBM, Cisco, Google dan banyak nama tenar lainnya yang mungkin bisa menghabiskan space tulisan di blog ini.

Yang terpikir dalam benak saya adalah bagaimana supaya kita dapat menyediakan solusi IT yang fleksible dan tidak terpatok pada satu vendor. Bisa dibilang kemampuan yang menyeluruh/merata. Ini tentu saja timbal balik dengan prinsip spesialisasi dimana memaksa seseorang untuk mengeksplorasi "satu" solusi secara mendalam.
Prinsip terakhir bisa dibilang menjadikan seseorang menjadi professional di bidang tertentu.
Untuk kasus ini, berlaku bagi rekan2 yang passion dibidang teknologi dan teknis.

Ok ok sekarang kembali ke topik awal tentang kemampuan menjual yang minim. Saya pribadi berpendapat agar seorang developer sekalipun harus berani terjun untuk mendalami konsep2 bisnis dan marketing secara umum. Tujuannya agar produk yang nantinya dihasilkan dapat diterima pasar. Disisi lain agar para kuli ini dapat ber-metamorfosa menjadi mandor,arsitek dan bahkan menjadi pihak pemborong yang nantinya membuka lahan2 proyek baru menghidupi kuli2 lainnya. :D

Jadi terlahir istilah dari, oleh dan untuk developer. Sebuah wacana yang sederhana mungkin, tapi paling tidak bisa menggelitik para developer/mantan developer (saya sering menjumpai rekan2 sesama developer program yang berhenti karena alasan sudah tidak "kuat" mengikuti perkembangan dunia IT) untuk tidak berhenti belajar.

Dunia IT tidak hanya dilihat dari aspek keteknisan saja. Lihat saja depkominfo dan pejabat2 di atas sana yang dianggap "mempolitisi" IT dengan UU pembatasan hak sadap-menyadap, masalah perijinan pita frekuensi dan banyak hal lainnya. Bahkan IT dapat merambah aspek psikologi, sosial dan budaya. Masih ingat dengan demam chating, email friendster, twiter, dan sekarang yang masih panas demam facebook -sampai2 ada produsen ponsel yang menyeliplkan tombol khusus sebagai shortcut ke facebook- dan booming BlackBerry dengan teknologi PushMail yang sudah ketinggalan zaman -saya pikir-. Tapi kenapa bisa begitu laris bak jualan baju obral di Pasar Tanah Abang. Ya sekali lagi ini karena pengetahuan bisnis dan pasar yang tepat sasaran!

Jadi, menurut saya kita harus tetap belajar ... eksplorasi teknologi dan pasar, hasilkan produk Anda dan jual ke pasar. Bagaimana menurut Anda?

Baca Selengkapnya-..

0 Responses to "Sebuah Ajakan untuk ber-Metamorfosa"

Posting Komentar